MODUL
11
DISIPLIN
KELAS
KEGIATAN BELAJAR
2
STRATEGI
PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN KELAS
A.
PANDANGAN
TERHADAP PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN KELAS
Sikap atau pandangan akanberpengaruh
pada cara guru menangani disiplin kelas. Berikut ini ada beberapa pandangan:
1.
Pandangan
yang menyatakan bahwa guru harus berusaha agar siswa mengerjakan apa yang
diinginkan oleh guru. Siswa tidak perlu tahu mengapa dia harus mengerjakan hal
tersebut atau siswa juga tidak perlu tahu apakah yang dikerjakannya tersebut
sesuai dengan kebutuhannya. Pandangan ini secara keras dikritik oleh Kohn
(1996), yang menginginkan adanya perubahan dalam cara memandang disiplin kelas.
Pandangan pertama ini berfokus pada kepentingan guru dan berfokus pada guru (teacher centered)
2.
Kohn
(1996) menegaskan bahwa guru seharusnya mulai dengan pertanyaan: “apa yang
diperlukan oleh anak-anak, dan bagaimana cara saya untuk memenuhi kebutuhan tersebut?”.
Cara pandang ini berfokus pada kepentingan
siswa, bukan pada kepentingan guru. Seperti makna dari semboyan Bapak
Pendidikan Nasional kita Ki Hajar Dewantara yakni guru haruslah menjadi contoh
apabila berada didepan, jika berada ditengahharus mampu mendorong siswa untuk
berkarya, serta akhirnya jika berada dibelakang, guru ahrusmendorong siswa
kedepan agar mampu bertanggung jawab. Alasan yagn mendasar ialah jika kita
menginginkan anak mampu menjadi manusia yang bertanggung jawab dalam masyarakat
maka sejak berada di bangku sekolah kesempatan itu harus diberikan kepada
siswa.
3.
Winzer
(1995), menyatakan bahwa pendekatan yang berhasil dalam membangun disiplin
adalah pendekatan yang menghormati hak individu, mendorong peningkatan konsep
diri siswa, serta memupuk kerja sama. Member peluang kepada siswa untuk
mengambil keputusan sehingga ia merasa dihargai, yang akhirnya bermuara pada
konsep diri yang lebih positif.
4.
Pandangan
humanistic yang menekankan pada
kemanusiaan. Pandangan ini mengemukakan perlunya komunikasi yang terbuka dan
jujur antara orang tua dan anak-anak atau antara guru dan siswa sehingga guru
tahu apa yang tidak disukai dan yang disukai anak.
5.
Pandangan
kaum behaviorism, yang berpendapat
bahwa perilaku dapat dipelajari dan dikontrol. Hukuman dan penguatan
merupakandua hal yang dianjurkan untuk digunakan dalam menegakkan disiplin.
Dengan member penguatan, perilaku yang diharapkan dapat ditingkatkan,
sedangkandengan member hukuman, perilaku yang kurang baik dapat dihilangkan.
B.
STRATEGI
PENANAMAN DISIPLIN KELAS
Apakah kita harus membuat aturan dikelas
dan mendiktekannya kepada siswa, kemudian menempelkannya di dinding kelas?.
Tidak ada yang salah dengan cara ini, tetapi sebagai guru mungkin dapat membuat
tata tertib yang kadang-kadang menakutkan itu menjadi hal yang disenangi dan
dipatuhi anak-anak.
Beberapa cara dalam menanamkan disiplin
kelas:
1.
Modelkan
tata tertib yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Contoh nyata merupakan alat
mengajar /mendidik yang terbaik, terutama bagi anak-anak SD. Misalnya jika
ingin anak-anak tidak terlamabat, kita harus mencontohkannya dengan datang
sebelum waktunya atau tepat waktu, jika aturan menyatakan bahwa anak-anak harus
meminta izin kalau mau keluar kelas atau tidak masuk, guru pun harus
mencontohkannya.
2.
Adakan
pertemuan kelas secara berkala, terutama jika ada aturan yang perlu ditinjau
kembali. Kohn (1996) mengungkapkan bahwa pertemuan kelas dapat berfungsi
sebagai berikut :
a.
Tempat
berbagi pengalaman antarsiswa dan atara guru-siswa.
b.
Tempat
untuk mengambil keputusan, misalnya siswa sudah merasa bosan dengan susunan
tempat duduk dan alat-alat lainnya
c.
Tempat
untuk membuat rencana, misalnya pada akhir semester, kelas ingin berekreasi.
d.
Tempat
untuk melakukan refleksi, yaitu merenungkan dan mengungkapkan perasaan tentang
disiplin kelas yang sudah berlangsung. Misalnya tentang aturan mana yang dia
nggap berat, yang sering dilanggar.
Hampir tidak
pernaha ada atau jarang sekali guru mengadakan pertemuan kelas untuk membahas
soal disiplin/peraturan kelas. Biasanya anak-anak hanya menerima saja peraturan
yang sudah ada.
3.
Terapkan
aturan secara fleksibel (luwes) sehingga siswa tidak merasa tertekan.
4.
Sesuaikan
penerapan aturan dengan tingkat perkembangan anak.
5.
Libatkan
siswa dalam membuat aturan kelas.
C.
STRATEGI
PENANGANAN DISIPLIN KELAS
Banyak strategi dan teknik penanganan
disiplin yang dipelajari dan diterapkan. Strategi ini dibagi menjadi 3 bagian
sesuai dengan berat ringannya gangguan yang terjadi.
1.
Menangani
Gangguan Ringan
Gangguan-gangguan
ringan yang tidak sampai mengganggu kelas secara keseluruhan tentu sering
terjadi. Gangguan ini jika dibiarkan akan berkembang menjadi gangguan berat.
Winzer (1995)
menguraikan beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk mengatasi
gangguan ringan, antara lain:
a.
Mengabaikan
b.
Menatap agak
lama
terhadap siswa yang melanggar.
c.
Menggunakan
tanda nonverbal
(gerakan tubuh; menggeleng, menunjuk, menaruh telunjuk diatas bibir, dll)
d.
Mendekati siswa yang melakukan
pelanggaran.
e.
Memanggil nama untuk
memulihkan disiplin kelas secara bijaksana.
f.
Mengabaikan
secara sengaja,
tidak menegurnya, mendekati atau menatapnya. (menganggap tidak ada)
2.
Menangani
Gangguan Berat
Gangguan berat
atau besar adalah pelanggaran yang dilakukan siswa yang dapat mempengaruhi
siswa lain atau mengganggu jalannya pelajaran.
Winzer (1995)
mengemukakan strateginya :
a.
Memberi hukuman
Dalam
member hukuman, perhatikan hal-hal berikut ini:
1)
Gunakan
hukuman hanya jika dianggap perlu saja.
2)
Mulailah
dengan hukuman yang ringan seperti teguran
3)
Berikan
hukuman secara adil sesuai tingkat pelanggaran
4)
Ketika
memberikan hukuman, ajarkan dan contohkan apa yang semestinya dilakukan siswa
5)
Berhati-hati
dalam memberikan hukuman, pertimbangkan dampaknya bagi siswa, orang tua, kepsek
juga pengawas.
Sebaiknya hindari pemberian hukuman
terutama hukuman badan. Jika terpaksa melakukan hukuman, pilihlah hukuman yang
mendidik yang sesuai dengan tingkat pelanggaran dan kemampuan siswa.
b.
Melibatkan orang
tua.
Untuk
melibatkan orang tua, ada baiknya guru membuat laporan secar teratur kepada
orang tua tentang kemajuan anaknya. Laporan ini bisa berupa buku penghubung
antara orang tua dan guru. Jika siswa melakukan pelanggaran, guru dapat
memberikan laporan khusus dan meminta orang tua ikut menangani masalah
tersebut. Dan jika kemajuan/perbaikan sudah terjadi pada diri siswa, orang tua
juga hendaknya diberi laporan.
3.
Menangani
Perilaku Agresif
Perilaku agresif
adalah perilaku menyerang yang ditunjukkan oleh siswa di dalam kelas. Misalnya
ada siswa yang berteriak atau menyerang/menyakiti temannya atau bahkan
menyerang guru. Atau mungkin ada siswa yang melontarkan kata-kata yang tidak
senonoh sambil memukul-mukul meja.
Ada beberapa
cara menangani perilaku yang demikian yang dikemukakan oleh Winzer (1995),
yaitu:
a.
Mengubah/menukar
teman duduk
b.
Jangan terjebak
dalam konfrontasi atau perselisihan yang tidak perlu
c.
Jangan melayani
siswa yang agresif ketika hati sedang panas
d.
Hindarkan diri
dari mengucapkan kata-kata yang kasar atau bersifat menghina
e.
Konsultasi
dengan pihak lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar